Sekeping Surga
di Sumba Timur
Antoinette Wiranadewi
Bandara Umbu Mehang Kunda,
Waingapu
Agustus 2017, tanggal 14
Matahari belum terlalu tinggi
ketika kami jejakkan kaki
di bumi Sumba Timur
gemuruh haru gempita, syukur
Kami mulai menghitung
langkah-langkah perjalanan
menuju gua unik menawan
Kami kunyah sirih pinang
tanda persaudaraan kental
tak termakan jaman,
tak lekang oleh panas,
tak lapuk oleh hujan
Di desa Mahaniwa,
kami terima
pelukan persaudaraan
Kami terus berjalan
menebak teka-teki rahasia alam
bentang batuan kapur menantang
angin tak cuma berbisik
lantang ia memekik:
inilah surga di negerimu
Hamparan lukisan alam
yang dahsyat:
hutan yang rimbun
bulu burung yang tersamar daun
orkestra kicau burung bersahutan
tak pernah lelah
tak jua usai
Kanabu Wai, Kanabu Wai
nama cantik yang terus terngiang
membuat langkah kami memburu
semakin dekat
semakin menghampiri
semakin kuat rasa ingin memeluk
Kanabu Wai, Kanabu Wai
Air terjunmu:
berdiri megah
suaranya menggetarkan
Batu karangmu:
kokoh pongah
melayangkan air yang menerpa dirinya
Kanabu Wai, Kanabu Wai
Sayap ratusan kelelawar mengepak
menyambut kami dengan semarak
Sumba Timur,
Betapa ingin kami hentikan
jarum waktu
agar tak hanya satu kedipan
bercumbu denganmu
Telah kami jejakkan kaki
demikian dalam
sedalam pahatan semua kenangan
Jika tapak kami kian menipis
ijinkan kami
menelusuri kembali
keindahanmu
tanah nan eksotik
gua alam memesona unik
Sumba Timur,
Keindahan alam mengagumkan
sekeping surga
di tanah airku, bumi Indonesia
Indonesia tanah airku
aku cinta padamu.
__________________________________
Elang Malindo, 5 Agustus / 16 Juli 2024
(Dari kisah Xavier – Wandering Season,
Ekspedisi Penelusuran Gua,
Tim Mahitala Universitas Parahyangan –
Taman Nasional Matalawa, Agustus 2017).
Saya membacakan puisi ini pada ulang
tahun ke-4 PRWSI pada 14 Juli 2024.
Video dari dokumentasi UIVideopedia.
BERANDA | DAFTAR ISI | ALBUM | TENTANG SAYA
Bulan Menata Kata
♥ Blog Puisi Antoinette W.