Menyulam Kenangan

Antoinette Wiranadewi

Langit masih terang ketika kami keluar dari rumah sahabat kami. Birunya memikat dengan sapuan tipis awan putih. Tangan kirinya menggenggam tangan kananku, beberapa saat sebelum mobil berjalan. Kebiasaan yang dia lakukan sejak dulu. “Jadi kita mampir ke ABP, membelikan Mbakyu pensil berwarna?” Aku menyetujui ajakan suamiku, laki-laki yang tetap tampan di usianya 85 tahun. Mang Ujang, sopir kami meluncur ke timur kota,  ke ABP “Art Books Prints”, toko stationery  di kota kami yang lengkap dengan perlengkapan lukis.

Toko itu kami kenal sejak dulu. Harganya bagus, koleksinya lengkap, penataan rapi. Tak hanya keperluan anak-anak, jasa cetak-mencetak di situ mendukung kerja kami. Di satu masa, kami kerap berjam-jam berkutat dengan banyak hal. Tak hanya karyawan, kami pun sering ngobrol dengan pemilik ABP, anak pendiri toko itu. Kini ABP semakin berkembang di tangan generasi ketiga. Juga terlihat amat mengikuti perkembangan teknologi. Interiornya tetap hangat, seperti dulu. Dilengkapi kedai kopi kecil membuat pengunjungnya ingin berlama-lama di sana.

Alamlah yang membatasi. Sebelum malam makin kelam, kami meninggalkan toko penuh kenangan. Art Books Prints adalah satu episode cerita hidup dan cinta kami. Mobil berjalan menuju sanctuary kami: tempat kami bersembunyi dari semua kebisingan kota, menikmati suasana rileks, tenang dan tenteram. Kami niatkan memperpanjang malam dengan menikmati kerlip bintang dari beranda rumah. Nanti.

 

________________
Elang Malindo, 19 Januari 2024
Ilustrasi:  lukisan Aning Katamsi

Bulan Menata Kata

♥ Blog Puisi Antoinette W.

error: Content is protected !!