Kepada Kawan

Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,

mencengkam dari belakang ‘tika kita

tidak melihat,

selama masih menggelombang dalam dada

darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar

belum ada,

tidak lupa tiba-tiba bisa malam

membenam,

layar merah terkibar hilang dalam kelam

 

Kawan, mari kita putuskan kini di sini:

ajal yang menarik kita, juga mencekik

diri sendiri!

 

Jadi

Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,

tembus jelajah dunia ini dan balikkan

Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau

merayu,

Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,

jangan tambatkan pada siang dan malam

Dan hancurkan lagi apa yang kau perbuat,

hilang sonder pusaka, sonder kerabat.

tidak minta ampun atas segala dosa,

tidak memberi pamit pada siapa saja!

 

Jadi

mari kita putuskan sekali lagi:

ajal yang menarik kita, kan merasa

angkasa sepi,

Sekali lagi kawan, sebaris lagi:

tikamkan pedangmu hingga ke hulu

pada siapa yang mengairi

kemurnian madu!

 

3 November 1946

_________________________________
Dibacakan DR Sunu Wasono, penyair, pemerhati budaya, menulis  buku pewayangan, juri pada banyak lomba dan pembacaan puisi. Beliau pengajar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Bulan Menata Kata

♥ Blog Puisi Antoinette W.

error: Content is protected !!