Kemerdekaan Itu

Sapardi Djoko Damono

Kemerdekaan itu…
Anak-anak kita yang pada musim kemarau bermain layang-layang
menarik, mengulur, dan mengadunya tanpa memasalahkan kenapa harus ada
yang putus…

tanpa memperhatikan awan-awan yang suka berarak nun jauh di sana.. Dan tak
pernah terlintas dalam benak mereka untuk bertanya, apakah langit yang
merupakan kerajaan layang-layang mereka itu ada batasnya

Kemerdekaan itu…
Ibu guru yang mengajarkan cara mengatur bunyi dan huruf menjadi kata,
merangkainya menjadi bahasa dan rumus matematika, untuk kemudian mengajak
anak-anak bergabung dalam paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu yang
menyatukan masa lampau, masa kini, dan masa datang… yang perlahan menyusup
ke luar ruang kelas dan meluap ke jalan yang lurus, jalan yang silang menyilang,
yang konon tak pernah ada ujungnya

Kemerdekaan itu…
Perempuan dan laki-laki yang menjalar seperti ular beriringan disela-sela kebun teh,
ketika cahaya pertama matahari menutup ujung caping, wajah, untuk kemudian
menembus pakaian mereka yang compang camping, agar bisa meresap ke pori-
pori kulit mereka. Demua itu menyatu begitu saja di pundak bukit, tanpa pernah ada
yang bertanya… siapa gerangan yang mengaturnya..

Kemerdekaan itu…
Tukang kebun yang menyapu daun dan bunga yang berguguran dari pohon
kembang sepatu di pekarangan rumah kita. Lalu menebarkan air segar tanah
basah dan apapun bisa tumbuh dan berbunga, berbuah, dan membagi-bagikan
pesona harum dan lezatnya..begitu saja.., kepada kita, tanpa memperdulikan demi
apa.

Kemerdekaan itu…
Pak tua yang sendirian di atas perahu beberapa kilometer jauhnya dari daratan.
Membawa jaring kecil dan joran, yang di ujung tali pancingnya dipasangnya
umpan. Ia tidak boleh terlena menyapa camar yang suka meloyah, menembus buih
di sekitar buritan perahunya. Ia harus selalu siap menunggu, siapa tau ada ikan yang
entah sengaja entah masuk, ke dalam jala atau menyambar umpannya.

Kemerdekaan itu…
Pramugari yang memperagakan cara menyelamatkan diri, dan memeriksa apakah
semua penumpang sudah mengenakan sabuk pengaman. Lalu buru-buru duduk
ketika terdengar perintah dari kokpit agar bersiap-siap, sebab pesawat akan segera
tinggal landas. Ia sudah sangat terlatih untuk itu.

Kemerdekaan itu..
Segerombol orang muda bersepatu, beberapa di antaranya mulai melonggarkan
dasi sambil menenteng tas. Beberapa lagi membincangkan berita koran hari ini,
menunggu bis kota di shelter, tak bosan-bosannya menoleh ke kanan, harap-harap
cemas menunggu, moga-moga ada bis yang bisa menampung mereka sampai ke
rumah dengan selamat, meskipun terlambat

Kemerdekaan itu…
Sepasang oma-opa yang duduk di depan televisi, menyaksikan gosip selebriti,
wawancara dengan pejabat, reruntuk banjir, topan, gempa, kebakaran hutan,
kecelakaan pesawat terbang dan begitu banyak iklan. Semuanya tak tertampung
lagi dalam memori yang begitu terbatas. Merekapun merasa letih dan jatuh tertidur,
membayangkan cucu mereka berangkat ke sekolah besok pagi.

Kemerdekaan itu…
selembar bendera merah putih kecil, kecil saja, yang sejak lama ada di sudut pagar
rumah kita, dan senantiasa menatap sebatang rumput yang akarnya
mencengkram tanah, betapa keringnya pun yang tak pernah memasalahkan
percintaan yang tulus dengan embun yang menyelimuti mereka malam-malam, dan
harus sesaat menjelma kabut untuk segera raib. Tak pernah dipersoalkannya
mengapa ia disana menyayangi rumput yang merasa bahwa tugasnya hanya
tumbuh, tak soal apapun musimnya..

Kemerdekaan itu…
segala-galanya..

_________________________

Puisi Kemerdekaan Itu, karya penyair Sapardi Djoko Damono, dan dibacakan oleh Niniek L. Karim, Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, dan Dr. Leila Mona Ganiem pada Konser Kemerdekaan, Sabtu, 26 Agustus 2023, di Kampus Universitas Indonesia, Depok.

Bulan Menata Kata

♥ Blog Puisi Antoinette W.

error: Content is protected !!